7 Bidadari dari Seberang
1 minute read
Pegelaran sensualitas ganda itu dapat dilihat letak susumontok sekaligus bokong bahenol yang sejajar.
Memang tak lazimposisi susu dan bokong sejajar muka. Namun dengan melampaui batas kelazimanitu, pelukis seakan ingin menyampaikan pesan betapa sempurnanya seorangperempuan. Penanda inilah yang ditekankan pelukis, seiring gejala dilemaperilaku masyarakat kita yang cenderung ingin memiliki paksa tubuh. Semoga sajadilema perilaku paksa tersebut segera terluruskan, bukan sebaliknya, kita malahsemakin terpana dengan etika menyimpang dalam mengangkangi perempuan.
Dengan lentik tangan mengayun ke dalam, perut bidadariterkesan ideal. Diameter perut lebih kecil dibanding dengan susu dan bokongnya.Biasanya, pemilik perut yang demikian memiliki perilaku gesit, tanggas, rajinbekerja, bukan pemalas, pola makan terjaga, dan selalu perhatian dengan tubuhyang dimilikinya dan tubuh yang ada di sekitarnya.
Hampir tak terperhatikan. Latar lukisan “7 Bidadari DariNegeri Seberang” ini seakan diselipkan saja oleh Pelukis. Padahal tidak.Pengakuan malam itu cukup menarik, bahwa yang dikenakan latar tersebut adalahperpaduan Gunung Mayit dan Gunung Lasem. Sembari menunjukkan gambar dua gunungdi handphone-nya, Muchadi menegaskan bahwa gunung dan perempuan itu memilikikesamaan, yaitu sama-sama menjadi sumber penghidupan.
Penamaan Gunung Mayit ini berhubungan dengan deretan gunungyang menyerupai mayit di saat terlentang. Sedangkan penamaan Gunung Lasemberhubungan dengan lokasi dari gunung yang ada di kawasan Lasem. Lasem, sebuahkawasan pusaka budaya. Penggabungan dua gunung yang jauh inilah, ternyata telahmengelabuhi para penikmat lukisannya.
Link: https://www.kompasiana.com/es_lodheng/57372f1ab99373bd11763882/barisan-para-penjaga?page=all
2 komentar